Saudaraku,
Tataplah mataku ini
Katakan padaku apa yang kau lihat
Engkau takkan melihat apapun
Karna kau tak terikat denganku
Engkau dibutakan oleh perbedaan kita
Hidupku tak berarti bagimu
Disinilah aku hanya bisa di aniaya
Disanalah engkau tertawa bahagia
Setiap hari kau bangun dalam ketenangan
Tak terlintas sedikitpun ketakutan didepan matamu
Setiap hari aku bangun dengan kesyukuran
Berterimakasih pada Allah
Yang masih memberiku kesempatan untuk hidup
Engkau khawatir atas pendidikanmu
dan khawatir atas biaya hidup yang harus kau bayar
Aku cuma khawatir atas rentannya hidupku
dan khawatir, apakah aku akan bertahan satu hari lagi
Ketakutan terbesarmu adalah kehilangan sebuah smartphone
Seperti halnya dengan kehilangan tiket bioskopmu
Ketakutanku hanyalah ketika tank yang baru saja lewat
Akan berbalik dan kembali
Teror ini adalah perampokan atas tanahku
penyiksaan terhadap ibuku
pembunuhan atas ayahku yang tidak bersalah
dan sebuah peluru pada bayi adikku
Engkau salahkan aku karena membela diri terhadap musuhku
Aku diteror di tanahku sendiri
Namun kau anggap, akulah terorisnya
Dan tahukah kalian tentang kebenaran semua ini?
Ataukah memang media telah menipu kalian?
Juga apakah benar bahwa tidak ada yang tahu tentang semua ini?
Ataukah memang semua orang di dunia ini telah buta?
Kemudian seseorang berkata padaku,
“Janganlah kau menangis malam ini
Aku berjanji, bahwa suatu hari nanti
semua akan terlewati”
Saudaraku,
Sinarilah cahaya untuk setiap jiwa kami
Yang mungkin sudah lama tidak bersama kami lagi
Dan jika diriku sudah tidak ada esok hari
Itu memang sudah tertulis dalam takdirku
Semoga masa depan membawa hari yang cerah
Sebuah akhir dari penantian kami