Bismillahirrahmanirrahim

Ada satu tempat. Saat kuterbangun di pagi, aku berpikir apa yang bisa kulukis pada langitnya, apa yang bisa kutoreh pada batunya…

Sungai jiwa yang mengalir di tempat itu, tidak tampak oleh mereka, tidak terdengar oleh mereka. Tapi kita melihatnya, kita menyentuhnya, kita merabanya, kita merasakan sejuknya di ujung jemari kita saat kita mencicipi airnya.

Pepohonan yang tumbuh di tempat itu… sebagian menjalar dan merapat, sebagian menjulang untuk melindungi, bukan menjulang untuk mengungguli. Pepohonan yang menyerap makanan dari tanah itu, menunjukkan padaku bahwa terkadang daun harus gugur agar pohon bertahan pada hari-hari terik. Dedaunan merasa, ia terlahir untuk melindungi pohon… bukan pohon terlahir untuknya. Dedaunan mengerti, saat ia gugur nanti, jasadnya kan jadi energi baru bagi sang pohon.

Ada satu ruang. Saat kumenghirup nafas, aku tertegun… lalu bersyukur Allah menarik garis hidupku ke ruang ini. Lalu bersyukur lampu-lampu-Nya menyinariku di ruang ini…

Di sudut ruang itu, sering kutemukan tawa dan tangis menari bersama bagai angin dingin dan panas bergelut menjadi hangat. Sering kutemukan perih dan didih bahu membahu menjadikan lemah menjadi tegap.

Ada satu lembar. Baris demi barisnya mengajarkanku bernafas… mengajarkanku bersujud… mengajarkanku mendaki…

Bait-baitnya memecutiku untuk tegar, menopangku untuk berdiri, membocorkan padaku rahasia-rahasia waktu.

Ada suatu tempat. Yang siapapun pernah menjejakkan kaki di halamannya. Tak dapat menemukan alasan untuk menyesal pernah berada di sana.

Dan jika kamu berdiri di atasnya, lalu mentari terbit, bayang-bayangmu akan muncul dari tanahnya, dan bayang-bayang itu akan terus mengikutimu. Membayangimu, mengawasimu… mengajakmu berbicara dalam sepimu, menahan kakimu dan memarahi hatimu dalam khilafmu. Menyemangatimu dalam gugupmu.

Di hari apapun di masa depan kamu terbangun. Bayangan itu tak kan meninggalkanmu, tak dapat meninggalkanmu. Dan sekeras apapun kamu mencoba, kamu takkan dapat melepaskannya. Kamu bahkan tak dapat menutupinya

Setinggi apapun kamu terbang. Segelap apapun goa persembunyianmu. Serapat apapun kunci hatimu. Bayang-bayang itu akan selalu… dan selalu menjadi guru dan sahabatmu.

Ada satu tempat. Saat kuterbangun di pagi, aku berpikir apa yang bisa kulukis pada langitnya, apa yang bisa kutoreh pada batunya…

Jika belum dapat kutorehkan kata yang menawan, akan kutorehkan sebuah kalimat sederhana… Terima kasih Gontor…

Gontor TV
More videos: https://gontor.tv/